Mempersiapkan Diri menjadi seorang Manager/Lead

Halo!

Kali ini gue mau bercerita tentang perjalanan gue dari menjadi IC hingga memutuskan untuk menjadi manager/lead. Berawal dari penawaran VP of data di tempat gue sebelumnya karna ada DM (Data Manager) yang mau resign, gue yang awalnya gak kepikiran sama sekali jadi manager dalam waktu dekat, akhirnya mau gamau jadi ikut mikirin. Saat itu, gue merasa kalau diri gue belum siap (atau sebenernya gue gaktau kalo gue udah siap atau belum dan apa yang harus gue persiapkan?), tapi bertanya2 kenapa ada orang lain yang ngerasa gue bisa buat jadi data manager. Akhirnya, gue ajak ngobrol beberapa orang saat itu, yang menurut gue bisa kasih feedback ke gue. Gue tanya “menurut lo apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manager/leader? dan apakah gue udah cocok dan pantas jadi manager sekarang?”. Surprisingly, tanggapan mereka semuanya mendukung gue jadi DM.

Beberapa feedback dari mereka:

“menurut [insert beberapa nama disini] lo punya potensi jadi DM, nis”

“lo bisa berani utk say no ke stakeholders, itu dibutuhin ketika jadi manager.”

“emang gimana caranya lo tau kalo lo siap? cobain aja.”.

“emotional intelligence dan writing communication skills lo bagus.”

“lo udah oke banget kok jadi IC, dan sama seperti pendapat yg lain, gw jg yakin lo bisa jadi manager.”

Mendengar feedback dari mereka, gue terdiam sejenak (kenyataannya sih berhari2). gimana caranya orang lain lebih yakin gue bisa jadi DM sedangkan diri gue sendiri aja gapernah kepikiran jadi DM dalam waktu dekat?. Konsiderasi gue saat itu adalah karna banyak banget skills sebagai IC yang sangat perlu gue dalamin di dunia data science. Selain itu, gue yang 90% introvert ini, merasa kalo jd manager itu diluar comfort zone gue, sedangkan gue masih pengen bersantai2 menjadi IC.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya gue memutuskan untuk resign. WKWKWKW. sebuah plot twist, yang sebenernya alasannya gak berhubungan, karna gue tetep bisa2 aja terusin jadi IC kalo misalkan gue gamau jadi DM. Cuman timingnya aja yang berbarengan.

Setelah pindah ke tempat lain pun, gw terus merenung beberapa bulan dan mengalami beberapa hal yang membuat gue berpikir kalau sepertinya mau gamau gue lebih baik jadi lead. Tentunya decision yang gue ambil saat itu merupakan decision yang cukup sulit buat gue. Butuh keberanian yang sangat besar, yang gapernah gue rasakan di perjalanan karir gue sebelumnya. Mengingat keadaan gue saat itu dimana gue belum punya pengalaman jadi lead, di tempat baru pula, kalo flashback ke masa itu, rasanya menyeramkan. Gue gatau hal buruk apa yang akan terjadi, gue gatau gue harus minta tolong ke siapa kalo ada masalah, dan banyak ke-overthinking-an gue saat itu (bahkan sampai sekarang).

Namun setelah gue jalani hingga sekarang, ternyata tidak semenyeramkan itu. Walaupun problem solving dan communication skills gue sangat sangat diuji, project dan resources management, strategic thinking pun juga sangat2 dilatih. Gue gapernah dapet pelatihan terkait menjadi manager/leader yang baik dan benar, yang gue lakukan murni berasal dari experience, dan hasil nonton2 di youtube / baca artikel seputar leadership skills. Salah satu pegangan gue yang membimbing gue menjadi lead seperti sekarang, adalah beberapa list yang gue ekspektasikan ada di diri seorang manager gue dulu.

Berikut beberapa keluhan yang gue pelajari dari manager2 yang gue lihat sebelumnya:

  1. nyuruh kerja weekend/lembur pdhl itu tugas lo buat planning dr jauh2 hari buat antisipasi atau pushback balik ke stakeholders atau pikirin shortcutnya/solusi yg lebih efektif.
  2. nyuruh kerjain banyak hal & asal ngasi tugas tp ujung2nya lupa aja gt,pdhl anak2 lo udh ngerjain.
  3. ngasih arahan gak clear, input output gak jelas, gak kasih contoh implementasi yang baik, deadline & priority jg gakjelas.
  4. ngeburu2 sesuatu tanpa mau coba pahamin kalo implementasinya tuh butuh waktu dan sulit.
  5. no appreciation & take it for granted.
  6. overcomplicate everything. gak fokus ke suatu hal yang penting, gak efisien.
  7. minta banyak hal, udah dikerjain, terus minta diulang semua yg totally different krn ga sesuai sm atasannya lg. (ya kenapa gak lo discuss dan pikirin baik2 dulu strategically baru nyuruh??)
  8. gak coba pahamin proses/teknis. gw gak expect mereka hands on dan ahli juga, tp at least bgt lo paham lah biar bs ngukur seberapa besar effortnya jd relate ke timeline yg lo buat.
  9. kalo panik/stres, jangan dibawa2 ke bawahan.
  10. biarkan bawahan lo juga diapresiasi sama yg lain, jgn mau bersinar sendiri. encourage mereka buat aktif komunikasi lgsg sm stakeholders.
  11. encourage bawahan lo buat curhat, cerita kl ada blocker biar jgn dipendem sendiri.kdg mereka ga expect lo bantuin jg, cmn pgn didenger.
  12. nyuruh sesuatu gak kasih konteks.
  13. gaada update progress regularly, tbtb bbrp minggu kemudian marah2 pas dia ditagih sama atasannya lg trs bawahannya blm selesai, pdhl di waktu yg sama emg >1 hal yg dikerjain. (kek????)
  14. disuruh masuk ke sebuah tim, tp ditelantarin aja gitu bahkan gaktau anak2nya tiap minggu ngerjain apa & gakada itikad untuk pahamin konteksnya juga. tbtb ada request yg masuk lewat dia, br deh buru2 nyuruh dan minta diprio, kaga nanya anaknya lg ngerjain yg lain.

Berbekal keluhan2 di atas yang coba gue hindari, berikut beberapa hal yang gue rasa cukup challenging ketika gw managing sekarang:

  • Harus terbiasa ambil keputusan, secara cepat, tepat, dan objektif. Sebagai orang yang sangat mempedulikan perasaan orang lain ketika berbuat suatu hal, di sini skills gue sangat diuji.
  • Jadi penengah dan penghubung beberapa pihak. Communication skills gue sangat sangat diuji. Berusaha untuk memahami perspektif dan perasaan orang lain.
  • Thinking more strategically. Say no ke hal2 yang kurang efektif dan efisien, dan belajar mengkomunikasikan reasoning dan justifikasi yang reasonable dan bisa diterima oleh berbagai pihak.
  • Jadi orang yang bisa diandalkan oleh tim gue, tempat mereka bertanya, berkeluh kesah, curhat, menyampaikan ide dan aspirasi, membimbing mereka untuk berkembang, dsb. Alhamdulillah dikaruniai emotional intelligence yang cukup baik, so far gue bisa handle ini semua, walaupun jujur aja, sebagai seorang yang introvert, hal ini sangaaaat berat. Bukan berarti gue gaksuka, tapi kalo denger ada tim member yang sedang sakit atau kesulitan, secara tidak sadar diri gue juga merasa sedih 😥 dan kadang bikin tambah exhausted aja gitu.
  • Delegasi pekerjaan dan mengurangi micromanage. Fokus prioritaskan pekerjaan yang hanya bisa gue kerjakan, sisanya delegasi. Jujur, di awal2 pasti susah, apalagi kalau dihadapkan dengan tim member yang masih entry level/intern. Capek? banget. Apalagi gue anaknya juga cukup detail dan punya high expectation masalah kerjaan. Tapi ternyata perjuangan gue bersabar di awal untuk bantuin mereka pelan2 memahami dan mengerjakan task, belajar untuk lebih flexible dan gak pushy, akhirnya mulai membuahkan hasil.
  • Berusaha untuk tidak panik dan terlalu overthinking ketika menghadapi masalah. Gak semua harus diselesaikan sendiri, ada beberapa hal yang perlu didelegasikan ke orang lain. Gak semua harus dikerjakan sekarang. Pilah2 mana masalah yang harus dishare ke tim, dan mana yang gak perlu.
  • Clear communication, and over communication is a key, baik ke tim maupun ke stakeholders. Terbiasa untuk melakukan dokumentasi ketika meeting, dan sampein action itemsnya apa aja supaya semuanya clear.

Begitulah kurang lebih keluh kesah gue ketika mempersiapkan diri menjadi seorang leader. Kesimpulannya, gue tidak menyesali sama sekali memutuskan untuk menjadi data lead sekarang, walaupun banyak challenge baru yang cukup berat buat gue dan beberapa kali terpikir untuk balik jadi IC aja :’). Untuk selanjutnya, bisa baca cerita lengkap tentang pengalaman gue pertama kali menjadi lead di sini.

Thank you yang udah baca, See u! 😀

Leave a comment